Minggu, 23 Mei 2010

Dzikrul maut = Orang cerdas

Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mengabarkan, “Aku sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, ‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’

‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’, tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab:

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ

“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1384)

Inilah klasifikasi yang digolongkan sebagai orang cerdas, orang jenius, orang pandai. Maknanya sangat dalam dan keluar dari batas-batas klasifikasi yang dibuat manusia hingga kini.

Bagaimanapun kecerdasan masih menjadi standar dalam kehidupan modern ini. Di sekolah, di tempat kerja di dalam lingkungan sekeliling kita semua berlomba untuk cerdas dalam fisika, matematika, sains, biologi, bahasa Inggris bahkan piano dan gitar. Semua untuk memupuk kecerdasar otak manusia dan juga seni.

Pancaindera dimanjakan untuk dijadikan tolok ukur orang yang cerdas, orang yang hebat. Namun Rasulullah beyond that. Cerdas justru ada hubungan dengan kehidupan setelah kematian. Sungguh agung definisi ini.

Setidaknya ada dua hikmah dari hadits Rasulullah.

Pertama, kecerdasan itu menyangkut soal kemampuan menggunakan akal dalam melihat fakta-fakta dan persoalan. Dengan membandingkan waktu kehidupan dunia yang singkat dan terbatas ini dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal maka kebahagiaan hakiki harus mempertimbangkan keadaan di masa depan. Secara manusiawi memang manusia menginginkan sesuatu dalam jumlah besar, lebih kaya, lebih panjang umurnya, lebih berbahagia atau memiliki kelebihan-kelebihan fisik dan intelektual. Namun manakala dia mampu melakukan perbandingan berdasarkan akalnya semata antara dunia dan akhirat, maka dia sudah melakukan keputusan jenius. Akal bisa mengatakan lebih baik memilih hidup di akhirat bahagia daripada melanggar ketentuan di dunia -misalnya korupsi, membunuh, menyakiti orang lain – untuk kebahagiaan sekilas. Inilah keputusan orang cerdas, memilih yang lebih besar, lebih luas, lebih kekal dan lebih membahagiakan.

Kedua, disebut cerdas orang yang demikian ini karena akhirat adalah dunia yang tidak terlihat oleh mata, tidak teraba oleh pancaindera. Oleh sebab itu mereka yang meyakininya memiliki kecerdasan lebih dari orang biasa. Disini arti kecerdasan menjadi luas. Tidak hanya sempit semata-mata dalam perhitungan matematika, fisika dan bahasa tetapi beyond that. Melebihi batas-batas pengertian kecerdasan umum. Oleh sebab itu definisi cerdas disini tidak hanya bersifat intelektual tetapi juga humanisme. Dia tidak harus bergelar dan berpendidikan tinggi. Namun dia yang digolongkan cerdas oleh Rasulullah karena mampu memandang dengan mata batin maka memiliki kekuatan plus yang dahsyat. Mereka yang meyakini sesuatu yang tidak terlihat akan menjadi bagian dirinya di masa depan namun dia masih di dunia. Inilah sebuah kondisi orang yang cerdas, yang mampu memherhitungkan risiko kehidupan masa ini.

Sabtu, 22 Mei 2010

Jadilah Seperti Lebah

Written by antamuSlim
Wednesday, 24 February 2010 08:17

Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merosakkan atau mematahkan (yang dihinggapinya).” (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)

Seorang mukmin adalah manusia yang memiliki sifat-sifat unggul. Sifat-sifat itu membuatnya memiliki keistimewaan dibandingkan dengan manusia lain. Sehingga di mana pun dia berada, kemana pun dia pergi, apa yang dia lakukan, peran dan tugas apa pun yang dia emban akan selalu membawa manfaat dan maslahat bagi manusia lain. Maka jadilah dia orang yang seperti dijelaskan Rasulullah saw., “Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain.”

Kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera memerlukan manusia-manusia seperti itu. Menjadi apa pun, ia akan menjadi yang terbaik; apa pun peranan dan fungsinya maka segala yang ia lakukan adalah hal-hal yang membuat orang lain, lingkungannya menjadi bahagia dan sejahtera.

Sifat-sifat yang baik itu antara lain terdapat pada lebah. Rasulullah saw. dengan pernyataannya di dalam hadits di atas mengisyaratkan agar kita meniru sifat-sifat positif yang dimiliki oleh lebah. Tentu saja, sifat-sifat itu sendiri memang merupakan ilham dari Allah swt. seperti yang Dia firmankan, “Dan Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu).’ Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat ubat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl: 68-69)

Sekarang, bandingkanlah apa yang dilakukan lebah dengan apa yang seharusnya dilakukan seorang mukmin, seperti berikut ini:

Hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih.

Lebah hanya hinggap di tempat-tempat pilihan. Dia sangat jauh berbeza dengan lalat. Serangga yang terakhir amat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah, ia hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lainnya yang mengandungi bahan madu atau nektar.

Begitulah pula sifat seorang mukmin. Allah swt. berfirman:

Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; kerana sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah: 168)

(Iaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-A’raf: 157)

Kerananya, jika ia mendapatkan amanah dia akan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan melakukan korupsi, pencurian, penyalahgunaan kuasa, manipulasi, penipuan, dan dusta. Sebab, segala kekayaan hasil perbuatan-perbuatan tadi adalah merupakan khabaits (kejahatan).

Mengeluarkan yang bersih.

Siapa yang tidak kenal madu lebah. Semuanya tahu bahawa madu mempunyai khasiat untuk kesihatan manusia. Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu keistimewaan lebah. Dia produktif dengan kebaikan, bahkan dari organ tubuh yang pada binatang lain hanya melahirkan sesuatu yang menjijikkan. Belakangan, ditemukai pula produk lebah selain madu yang juga diyakini mempunyai khasiat tertentu untuk kesihatan: air liurnya!

Seorang mukmin adalah orang yang produktif dengan kebajikan. “Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (Al-Hajj: 77)

Al-khair adalah kebaikan atau kebajikan. Akan tetapi al-khair dalam ayat di atas bukan merujuk pada kebaikan dalam bentuk ibadah ritual. Sebab, perintah ke arah ibadah ritual sudah terwakili dengan kalimat “rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu” (irka’u, wasjudu, wa’budu rabbakum). Al-khair di dalam ayat itu justeru bermakna kebaikan atau kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia dan makhluk lainnya.

Segala yang keluar dari dirinya adalah kebaikan. Hatinya jauh dari prasangka buruk, iri hari, dengki; lidahnya tidak mengeluarkan kata-kata kecuali yang baik; perilakunya tidak mensengsarakan orang lain melainkan membahagiakan; hartanya bermanfaat bagi ramai manusia; kalau dia berkuasa atau memegang amanah tertentu, dimanfaatkannya untuk sebesar-besar kemanfaatan manusia.

Tidak pernah merosakkan

Seperti yang disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas ini, lebah tidak pernah merosakkan atau mematahkan ranting yang dihinggapi. Begitulah seorang mukmin. Dia tidak pernah melakukan kerosakan dalam hal apa pun: baik kebendaan mahupun bukan. Bahkan dia selalu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap yang dilakukan orang lain dengan cara-cara yang tepat. Dia melakukan perbaikan akidah, akhlak, dan ibadah dengan cara berdakwah. Mengubah kezaliman apa pun bentuknya dengan cara berusaha menghentikan kezaliman itu. Jika kerosakan terjadi akibat korupsi, ia membanterasnya dengan menjauhi perilaku buruk itu dan mengajukan koruptor ke pengadilan.

Bekerja keras

Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat “menetas”), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras? “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Alam Nasyrah: 7)

Kerja keras dan semangat pantang kendur itu lebih dituntut lagi dalam upaya menegakkan keadilan. Kerana, meskipun memang banyak yang cinta keadilan, namun kebanyakan manusia –kecuali yang mendapat rahmat Allah– tidak suka jika dirinya “dirugikan” dalam upaya penegakkan keadilan.

Bekerja secara jama’i dan tunduk pada satu pimpinan

Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara kolektif, dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengundang teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah seharusnya sikap orang-orang beriman. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kukuh.” (Ash-Shaff: 4)

Tidak pernah melukai kecuali kalau diganggu

Lebah tidak pernah memulai menyerang. Ia akan menyerang hanya apabila merasa terganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan “kehormatan” umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin: musuh tidak dicari. Tapi jika ada, tidak lari.

Itulah beberapa karakter lebah yang patut ditiru oleh orang-orang beriman. Bukanlah sia-sia Allah menyebut-nyebut dan mengabdikan binatang kecil itu dalam Al-Quran sebagai salah satu nama surah: An-Nahl. Allahu a’lam.

Mencari Kesegaran Hati

Written by Muhammad Nuh
Friday, 02 April 2010 10:09

“Agama ini kukuh dan kuat. Masukilah dengan lunak, dan jangan sampai timbul kejenuhan dalam beribadah kepada Rabbmu.” (Al-Baihaqi)

Maha Suci Allah yang menggilirkan siang dan malam. Kehidupan pun menjadi dinamik, seimbang, dan berkesinambungan. Ada hamba-hamba Allah yang menghidupkan siang dan malamnya untuk sentiasa dekat dengan Yang Maha Rahman dan Rahim. Tapi, tidak sedikit yang akhirnya menjauh, dan terus menjauh.

Seperti tanaman, rohani perlu siraman

Sekuat apa pun sebatang pohon, tidak akan pernah terlepas dari kebergantungan kepada air. Siraman air menjadi tenaga baru buat pohon. Dari tenaga itulah pohon mengukuhkan tajakan akar, meninggikan batang, mencambahkan cabang, menumbuhkan daun baru dan menghasilkan buah.

Seperti itu pula siraman rohani buat hati manusia. Tanpa kesegaran rohani, manusia cuma sebatang pohon kering yang berjalan. Tak ada keteduhan, apalagi buah yang boleh dimanfaatkan. Hati menjadi begitu kering. Persis seperti ranting-ranting kering yang mudah terbakar.

Allah swt. memberikan teguran khusus buat mereka yang beriman. Dalam surah Al-Hadid ayat 16, Yang Maha Rahman dan Rahim berfirman, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka. Lalu, hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Hati buat orang-orang yang beriman adalah ladang yang harus dirawat dan disiram dengan zikir. Dari zikirlah, ladang hati menjadi hijau segar dan tumbuh subur. Akan banyak buah yang boleh dihasilkan. Sebaliknya, jika hati jauh dari zikir; ia akan tumbuh liar. Jangankan buah, ladang hati seperti itu akan menjadi sarang ular, kelabang dan sebagainya.

Hamba-hamba Allah yang beriman akan sentiasa menjaga kesegaran hatinya dengan lantunan zikrullah. Seperti itulah firman Allah swt. dalam surah Ar-Ra’d ayat 28. “(iaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allahlah hati menjadi tenteram.

Rasulullah saw. pernah memberi nasihat, “Perumpamaan orang yang berzikir kepada Rabbnya dan yang tidak, seumpama orang hidup dan orang mati.” (Bukhari dan Muslim)

Siapapun kita, ada masa lengahnya

Manusia bukan makhluk tanpa khilaf dan dosa. Selalu sahaja ada lupa. Ketika rohani dan jasad berjalan tidak seimbang, di situlah berbagai kealpaan terjadi. Saat itulah, pengawasan terhadap nafsu menjadi lemah.

Imam Al-Ghazali mengumpamakan nafsu seperti anak kecil. Apa saja ingin diraih dan dikuasai. Ia akan terus menuntut. Jika dituruti, nafsu tidak akan pernah berhenti.

Pada titik tertentu, nafsu boleh menjadi dominan. Bahkan sangat dominan. Nafsu pun akhirnya memegang nakhoda hidup seseorang. Nalar dan hatinya menjadi lumpuh. Saat itu, seorang manusia sedang bertuhankan nafsunya.

Allah swt. berfirman, “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya.” (Al-Jatsiyah: 23)

Seburuk apapun seorang muslim, ada pintu kebaikannya

Seperti halnya manusia lain, seorang muslim pun punya nafsu. Bezanya, nafsu orang yang beriman lebih terkawal. Namun, kelengahan dapat memberi peluang buat nafsu untuk tampil dominan. Dan seorang hamba Allah pun melakukan dosa.

Dosa buat seorang mukmin seperti kotoran busuk. Dan solat serta istighfar adalah di antara pencuci. Kian banyak usaha penyucian, kotoran pun lenyap: warna dan baunya.

Allah swt. berfirman dalam surah Ali Imran ayat 133 hingga135. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa….Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah. Lalu, memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Khilaf buat hamba Allah seperti mata air yang tersumbat. Dan zikrullah adalah penghilang sumbat. Ketika zikrullah terlantun dan tersiram dalam hati, air jernih pun mengalir, menyegarkan wadah hati yang pernah kering.

Sekecil Apapun kebaikan dan keburukan, ada ganjarannya

Satu perkara yang dapat menyegarkan kesedaran rohani adalah pemahaman bahawa apa pun yang dilakukan manusia akan dibalasan. Di dunia dan akhirat. Dan di akhirat ada balasan yang jauh lebih dahsyat.

Firman Allah swt., “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, nescaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, nescaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Al-Zilzaal: 7-8)

Pemahaman inilah yang sentiasa membimbing hamba Allah untuk sentiasa beramal. Keimanannya terpancar melalui perbuatan nyata. Lantunan zikirnya hidup dalam segala keadaan.

(Iaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imran: 191)

Sepi Seorang Ibu

Written by Alwaan Muslim
Saturday, 15 May 2010 19:38






Sepi adalah suatu waktu yg tentu tidak memberi rasa selesa. Apalagi kita tidak tahu bila ia akan berakhir. Dan seorang ibu adalah seorang yg mungkin sangat sering mengalami itu dalam hidupnya, meskipun mungkin kita sebagai anaknya tidak menyedari.

Harus kita akui, bahawa kita memang seringkali lupa akan keberadaan ibu dan ayah yg ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan, perhatian kita kpdnya lebih banyak dan lebih intensif. Buktinya, kita selalu risau akan khabar pasangan kita, khuatir adakah dia sudah makan atau belum, takut adakah dia akan bahagia disisi kita?

Tapi, adakah kita juga pernah merisaukan khabar dari ibu dan ayah kita? Risau, adakah mereka sudah makan atau belum? Khuatir, adakah ibu dan ayah kita sudah bahagia atau belum? Rasanya jarang kita praktikkan. Padahal mungkin sahaja dia dalam dakapan rasa sepi.

Di sini, mari sejenak kita cuba renungkan lagi. Bicara soal keadaan ibu dan ayah. Soal rasa sepi yg seringkali menerpa hidupnya. Saat kita masih ada kesempatan untuk membalas budi mereka, lakukan yg terbaik untuknya. Untuk ibu yg pengorbanannya tak terhingga. Agar jgn sampai ada kata “menyesal” di kemudian hari.

Rasa Sepi Ketika Bersendiri Membesarkan Anak-anaknya

Ibu kita mungkin menjadi salah satu perempuan yg merasakan kesepian itu dalam mendidik anak-anaknya. Kita, dan beberapa beradik kita mungkin saja hari ini semua telah menjadi org-org berjaya; berpendidikan tinggi, berpangkat tinggi, atau mengurus sebuah bisnes besar.

Mari kita kenang sejenak rasa sepi ibu waktu itu, di mana terkadang dia harus menutupinya dengan sebuah ‘kebohongan’ untuk mengalihkan perhatian kita, agar ia tidak nampak lelah dan penat mengurus dan membesarkan kita.

Seorang anak yg telah dewasa menuliskan masa kecilnya tatkala bersama ibunya, yg tidak pernah kenal erti lelah bekerja untuk dirinya dan adik-adiknya. Saat itu mereka hidup dalam keadaan amat sederhana, bahkan utk makan saja, selalu kekurangan. Ketika sedang makan, ibunya seringkali memberikan bahagian nasinya utknya. Sambil memindahkan nasi ke pinggan anaknya, si ibu berkata, “Makanlah nak, aku tidak lapar.” Setelah dewasa, dia baru tersedar bahawa saat itu ibunya telah ‘berbohong’.

Hari-hari terus berjalan, hingga pada waktu yg telah digariskan, ayah meninggalkan kami utk selama-lamanya. Setelah kepergian ayah, ibu yg malang harus merangkap menjadi ayah, membiayai keperluan hidup kami sendiri dan tiada hari tanpa penderitaan. Hingga byk keluarga ibu yg menasihati ibu utk kembali menikah, tapi ibu yg menolaknya dengan mengatakan bahawa ia tidak perlu cinta, dan aku tahu saat itu ibu ‘berbohong’,” tulisnya, meneruskan ceritanya.

Perjuangan membesarkan anak adalah hari-hari yg penuh rasa sepi, dengan kesulitan yg terkadang belum boleh kita cerna saat itu, atau mungkin hari ini. Namun kita tidak pernah mencuba untuk mengingatnya, utk sekadar mengenang jasa manusia yg agung itu, yg telah memberikan segalanya utk kita.

Rasa sepi ketika ditinggalkan anak-anaknya merantau

setiap anak pada akhirnya akan menentukan pilihan hidupnya masing-masing. Dan kerana itu kita terpaksa meninggalkan kedua orang tua utk mencuba melepaskan diri dari ketergantungan kepada mereka. Ketika beranjak remaja atau dewasa, kita pergi merantau ke mana saja, utk tujuan apapun; menuntut ilmu, mencari rezeki, dan sebagainya.

Berawal dari sini, rasa sepi pun muncul dari relung hati seorang ibu. Anak yg sejak dari kecil diasuh penuh cinta, ditimang-timang dan dibesarkan, pergi jauh dari sisinya. Tak sanggup ia melarang, kerana hidup memang harus berubah dan berkembang. Ia lalu merelakan anaknya pergi merantau.

Ibu memang selalu merindukan kita. Sangat merindukan kita. Sampai bila-bila. Gambar wajah kita selalu hadir di benaknya, bermain-main di pelupuk matanya. Dia selalu melemparkan ingatannya ke masa-masa lalu yg indah ketika kita masih bersamanya, mengenang segala tingkah lucu kita yg menggores kesan indah di hatinya.

Rasa Sepi Ketika Anak-anaknya Telah Sukses dan Berdikari

Merantau mungkin awalnya hanya utk menimba ilmu dan pengalaman. Tapi seringkali di negeri orang, kita akhirnya menemukan kehidupan baru yg membuat kita harus bertahan. Di sana kita menemukan pekerjaan, profesi atau jabatan yg menjadikan kita tidak lagi bergantung kepada orang tua secara ekonomi. Atau mungkin kita telah menemukan pasangan hidup dan lalu membina keluarga sendiri, sehingga tidak lagi merasa perlu utk kembali dan hidup bersama orang tua di kampung halaman.

Keberhasilan dan kejayaan tentu selalu memberi perubahan, seperti perubahan pada keadaan kita yg sudah mampu hidup sendiri. Namun ibu yg mengantarkan kita kpd keberhasilan itu tetap dalam keadaannya yg dulu. Tak ada perubahan, kecuali fizikalnya yg kian lemah dan kulitnya yg semakin keriput. Sepi yg dulu dia rasakan, kini pun tidak jauh bezanya. Bahkan mungkin rasa sepi itu semakin bertambah, kerana kita semakin jarang mengunjunginya.

Rasa Sepi Ketika Anak Mengalami Kekeringan Spiritual

Kejayaan..tetapi tentu bukan hal itu yg paling membahagiakan seorang ibu. Selain kejayaan dan keberhasilan, seorang ibu sangatlah ingin melihat anak-anaknya tumbuh menjadi orang-orang soleh, berbakti dan berakhlak mulia, hidup dgn rukun satu sama lain. Itulah yg paling membahagiakan orang tua. Tak ada yg paling menyenangkan hatinya dan mententeramkan jiwanya selain melihat mereka tumbuh dalam ketaatan kepada Allah swt. Terlebih lagi ketika mereka telah berada di usia yg semakin senja; selalu ada harapan agar anaknya kelak tetap menyenangkan setelah kepergiannya, dalam doa dan munajatnya, memohonkan ampun untuknya.

Rasa sepi yg paling dahsyat akan dirasakan seorang ibu ketika ia tak menemukan kesolehan pada diri anak-anaknya. Saat beribadah tak ada yg menemani. Ketika berdoa tidak ada yang mengaminkan. Di waktu sakit tak ada yg mendoakan. Akhir hidupnya dihantui rasa takut akan kegagalan menuai pahala dari anak-anaknya.

Mari sejenak kita merenung di sini, adakah perempuan yg telah melahirkan kita itu, juga hidup dalam rasa sepi kerana orientasi hidup yg berbeza. Jangan merasa puas dengan hanya melihat senyumnya ketika kita menghadiahkan sebuah barang mahal, sebab boleh jadi dia merindukan sesuatu yg lebih sederhana tapi lebih berharga dari hadiah mahal yg kita berikan.

Rasa Sepi Ketika Anak tak Memahami Bahasa Hati Seorang Ibu

Kerana kita dan orang tua ditakdirkan lahir di generasi yg berbeza, menghuni zaman yg tak serupa, mengalami perubahan-perubahan budaya yg tak sama, terkadang memunculkan perbezaan-perbezaan yg membuat komunikasi orang tua dengan anak tak sefaham, kehendak yg tak seiring, dan fikiran yg tak sejalan.

Sejenak , mari kita bicara tentang keadaan ibu. Merenungkan rasa sepi yg ia derita kerana kita seringkali tidak memahami keinginannya. Jangan biarkan hari-harinya yg tersisa hanya diisi dengan lamunan. Jangan persingkat usianya dengan membiarkan rasa rindu yg tak kunjung terubati. Sekali lagi, mari kita bicara tentang keadaan ini, agar suatu saat nanti kita tak menyesali sikap acuh kita; ketika rasa sepi telah merenggut segalanya.

“ Ya Tuhanku, ampunilah dosa-dosaku dan dosa-dosa ayah ibuku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil ”.. Amiin T_T

Courtesy from Tarbawi..

Agama Cinta

Written by ikhwan
Thursday, 20 May 2010 17:11

Ketika perang Qadisiyyah meletus, Khalifah ‘Umar bin Khattab menulis surat kepada panglimanya, Sa‘ad bin Abi Waqqas, supaya menakluk Hilwan, sebuah provinsi di Irak. Maka dikirim 300 orang tentera berjalan kaki di bawah komander Nadhlah bin Mu‘awiyah al-Ansari. Hari itu, setelah dengan mudah menguasai seluruh provinsi, mereka menyaksikan suatu kejadian luar biasa. Saat itu masuk waktu maghrib dan Nadhlah pun naik ke sebuah tempat yang agak tinggi di lereng bukit untuk mengumandangkan azan.

Anehnya, setiap kali Nadhlah selesai mengumandangkan kalimah azannya, spontan terdengar suara seseorang menjawabnya. “Allahu akbar!” laung Nadhlah, “Kabbarta kabiran, ya Nadhlah!” sahut orang itu. “Asyhadu alla ilaha illa Allah” dijawab dengan “Kalimatul ikhlas, ya Nadhlah!”. Lalu ketika dilaungkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, suara misteri itu menyahut, “Huwa ad-dinu, wa huwa alladzi basysyarana bihi ‘Isa ibnu Maryam ‘alayhima as-salam, wa ‘ala ra’si ummatihi taqumu as-sa‘ah!” Nadhlah menyambung azannya, “Hayya ‘ala ash-shalah!” lalu dijawabnya, “Thuba liman masya ilayha wa waazhaba ‘alayha!”, sedangkan “Hayya ‘ala al-falah!” dijawab dengan “Qad aflaha man ajaaba Muhammadan shallallahu ‘alayhi wa sallam, wa huwa al-baqa’ li ummatihi”. Dan laungan “La ilaha illa Allah” disambut dengan “Akhlashta al-ikhlash, ya Nadhlah, faharrama Allah jasadaka ‘ala an-naar!”

Selesai azan, Nadhlah yang tentu saja tidak gentar, meskipun cukup heran, lantas berseru: “Siapakah engkau, hai orang yang dikasihi Allah!? Apakah engkau Malaikat, jin penghuni di sini, atau seorang hamba Allah (dari golongan manusia)? Engkau telah memperdengarkan pada kami suaramu, maka tunjukkanlah pada kami dirimu! Kerana kami ini datang atas perintah Allah dan Rasulullah saw dan atas arahan Umar bin Khattab!” Lalu tiba-tiba terdengar suara gemuruh seperti gempa bumi kemudian bukit itu terbelah, dan dari situ muncul seorang berambut dan berjanggot serba putih. Setelah memberi salam, orang misteri tersebut memperkenalkan dirinya: “Saya Zurayb bin Bartsamla, orang yang disuruh tinggal di bukit ini oleh hamba yang soleh ‘Isa bin Maryam alayhima as-salam dan didoakan oleh beliau dapat berumur panjang untuk menunggu turunnya beliau dari langit, dimana beliau akan memusnahkan babi, menghancurkan salib dan berlepas diri dari agama kaum Nasrani (yatabarra’ mimma nahalathu an-nashara).”

Kisah sejarah ini diriwiyatkan oleh Syaikh Muhyiddin Ibnu ‘Arabi dalam kitabnya, al-Futuhat al-Makkiyyah, bab 36 (fi ma‘rifat al-Isawiyyin wa aqthabihim wa ushulihim). Lalu apa releven kisah tersebut? Menurut Ibnu Arabi, berdasarkan riwayat ini jelas sekali bahawa pengikut Nabi Isa yang murni tidak hanya mengimani kenabian Muhammad saw. tapi juga beribadah menurut syari‘atnya. Ini kerana dengan kedatangan sang Nabi terakhir, syari’at agama-agama sebelumnya otomatik tidak berlaku lagi. Fa inna syari‘ata Muhammad saw. naasikhah!, tegas Ibnu Arabi, seraya mengutip hadis Rasulullah,

“Law kana Musa hayyan ma wasi‘ahu illa an yattabi‘ani).”

“Seandainya Nabi Musa hidup saat ini, maka beliau pun tidak dapat tidak mesti mengikutiku”

Di sini nampak cukup jelas sikap dan posisi Ibnu Arabi terhadap agama pra-Islam.

Ironisnya, sejak beberapa dekad yang lalu hingga sekarang, tokoh Sufi yang berasal dari Andalusia ini oleh sementara ‘kalangan’ acapkali ‘diklaim’ sebagai pelopor gagasan Islam inklusif. Nama beliau kerap ‘dicatut’ untuk menjustifikasi idea pluralisme agama. Tidak hanya itu, Syaikh tasawuf ini bahkan ‘dijadikan bumper’ untuk mengesahkan anggapan para penganut ‘agama perennial’ (religio perennis) bahawa dalam aspek esoteris dan pada dataran transenden, semua agama adalah sama, kerana semuanya sama benarnya, sama sumbernya (Tuhan), dan sama misinya (moral, perdamaian, dsb).

Dengan kata lain, seperti diungkapkan oleh Nurcholish Madjid (dalam kata pengantarnya untuk buku Tiga Agama Satu Tuhan, hal. xix), “Setiap agama sebenarnya merupakan ekspresi keimanan terhadap Tuhan yang sama.” Sebagaimana kita ketahui, pemahaman semacam ini dipopularkan oleh F. Schuon, S.H. Nasr, W.C. Chittick dalam tulisan-tulisan mereka yang kini nampak mula mendapat tempat. Untuk mendukung pendapatnya, biasanya ‘kalangan’ ini mengutip tiga bait puisi Ibn Arabi dalam karya kontroversinya, Tarjuman al-Asywaq, yang berbunyi: “Hatiku telah mampu menerima aneka bentuk dan rupa; ia merupakan padang rumput bagi menjangan, biara bagi para rahib, kuil anjungan berhala, ka‘bah tempat orang bertawaf, batu bertulis Taurat, dan mushaf bagi al-Qur’an. Agamaku adalah agama cinta, yang sentiasa ku ikuti kemanapun langkahnya; demikianlah agama dan keimananku.”

Seolah membenarkan anggapannya sendiri (self-fulfilling prophecy), Nasr menyimpulkan bahawa disinilah Ibnu Arabi “came to realize that the divinely revealed paths lead to the same summit” (Lihat: Three Muslim Sages [Delmar, New York: Caravan Books, 1964], hlm.118).

Sekilas memang nampak meyakinkan. Akan tetapi sebenarnya kaum transendentalis [sengaja?] tidak mengemukakan—kalau bukan justeru menyembunyikan—fakta bahawa Ibnu Arabi telah menjelaskan maksud semua ungkapannya dalam syarah yang ditulisnya sendiri, iaitu Dzakha’ir al-A‘laq syarh Tarjuman al-Asywaq (ed.Dr.M.‘Alamuddin asy-Syaqiri, Cairo: Ein for Human and Social Studies, 1995, hlm.245-6). Di situ dinyatakan bahawa yang beliau maksudkan dengan ‘agama cinta’ adalah agama Nabi Muhammad saw., merujuk kepada firman Allah dalam al-Quran Ali Imran:31

“Katakanlah [hai Muhammad!], kalau kalian betul-betul mencintai Allah, maka ikutilah aku!—nescaya Allah akan mencintai kalian.”

Dan memang dalam kitab Futuhat-nya (bab 178, fi Maqam al-Mahabbah), Ibn Arabi dengan jelas menerangkan apa yang beliau fahami tentang cinta dalam ayat tersebut. Berdasarkan objeknya, terdapat empat jenis cinta, kata beliau: (1) cinta kepada Tuhan (hubb ilahi); (2) cinta spiritual (hubb ruhani); (3) cinta alami (hubb thabi‘i); dan terakhir (4) cinta material (hubb ‘unsuri).

Setelah menguraikan tipologi cinta tersebut, Ibn Arabi dengan tegas menyatakan bahawa cinta kepada Tuhan harus dibuktikan dengan mengikuti syari‘at dan sunnah Rasul-Nya saw (al-ittiba‘ li-rasulihi saw. fima syara‘a). Jadi, ‘agama cinta’ yang beliau maksudkan adalah Islam, iaitu agama syari‘at dan sunnah Nabi Muhammad saw., dan bukan ‘la religion du coeur’ versi Schuon dan para pengikutnya itu.

Selain bait puisi di atas, kaum Transendentalis juga sedang giat mencari pernyataan-pernyataan Ibn Arabi yang dapat di‘plintir’ to serve their own purposes. Ini biasanya disertai dengan tafsiran seenaknya yang sesungguhnya merupakan ekspresi ketidak tahuan belaka dan murni reka-reka (conjecture) , sebagaimana terungkap dalam kalimat “perhaps Ibn Arabi would also accept”, “may be that”, “Ibn Arabi might reply” dsb. (Lihat Chittick, “A Religious Approach to Religious Diversity” dalam buku Religion of the Heart: Essays presented to Frithjof Schuon on his eightieth Birthday, ed. S.H. Nasr dan W. Stoddart, Washington, D.C.: Foundation for Traditional Studies, 1991).

Lebih parah lagi—dan ini yang perlu diwaspadai dan dikritisi—adalah praktis menggunting dan membuang bahagian dari teks yang tidak mendukung pendapat mereka. Sebagai contoh, ketika mengutip sebuah perenggan dari Futuhat (bab) yang mengungkapkan pendapat Ibnu Arabi mengenai status agama-agama lain dalam hubungannya dengan Islam, Chittick tidak memuatnya secara utuh.

“All the revealed religions (shara’i‘) are lights. Among these religions, the revealed religion of Muhammad is like the light of the sun among the lights of the stars. When the sun appears, the lights of the stars are hidden, and their lights are included in the light of the sun. Their being hidden is like the abrogation of the other revealed religions that takes place through Muhammad’s revealed religion. Nevertheless, they do in fact exist, just as the existence of the light of the stars is actualized. This explains why we have been required in our all-inclusive religion to have faith in the truth of all the messengers and all the revealed religions. They are not rendered null (batil) by abrogation—that is the opinion of the ignorant.” (Lihat: Imaginal Worlds: Ibn Arabi and the Problem of Religious Diversity, New York: State University of New York Press, 1994, hlm.125).

Dengan [sengaja?] berhenti di situ, Chittick memberi kesan seolah-olah Ibnu Arabi menolak pendapat majoriti kaum Muslimin bahawa semua agama samawi pra-Islam dengan sendirinya terabrogasi dengan datangnya Islam. Padahal maksud pernyataan Ibn Arabi adalah semua agama dan kitab suci yang dibawa oleh para rasul pada zaman dahulu harus diakui kebenarannya dalam konteks sejarah masing-masing—yakni sebelum Nabi Muhammad saw. muncul. Dan ini merupakan bahagian dari rukun iman. Akan tetapi tidak bererti bahawa validiti tersebut berlanjutan setelah kedatangan Rasulullah saw atau bahkan sampai sekarang. “Nabi Isa pun, seandainya sekarang ini turun, nescaya tidak akan mengimami kita kecuali dengan mengikut sunnah kita [Ummat Muhammad], dan tidak akan memutuskan suatu perkara kecuali dengan syari‘at kita.” (Wa hadza ‘Isa idza nazala ma ya’ummuna illa minna, ay bi sunnatina, wa la yahkumu fina illa bi syar‘ina), demikian tegas Ibn Arabi (Lihat: Futuhat, bab 36).

Lebih jauh, dengan kutipan yang tidak sempurna itu Chittick berusaha menggiring pada para pembaca agar meyakini bahawa Ibnu Arabi adalah seorang penganut pluralisme dan transendentalist seperti dirinya.

Sambungan pernyataan Ibnu Arabi yang dipotong oleh Chittick dalam kutipan tersebut di atas berbunyi: “Maka berbagai jalan [agama] semuanya bermuara pada jalan [agama] Nabi [Muhammad] saw. Kerana itu, seandainya para rasul berada di zaman beliau, nescaya mereka mengikuti beliau sebagaimana syari‘at mereka ikut syari‘at beliau” (Fa raja‘at ath-thuruq kulluha nazhiratan ila thariq an-Nabiy shallallahu ‘alayhi wa sallama, fa law kanat ar-rusul fi zamanihi latabi‘uhu kama tabi‘at syara’i‘uhum syar‘ahu).

Bagaimana dengan ayat yang mengatakan bahawa Allah telah menciptakan syari‘at dan jalan untuk masing-masing kalian (al-Ma’idah:48)

“Likullin ja‘alna minkum syir‘atan wa minhajan”.

Menurut Ibnu Arabi, kata ganti orang kedua dalam bentuk jamak (“kum”) dalam konteks ayat tersebut merujuk kepada para Nabi, bukan umat mereka. Sebab jika ia ditujukan kepada umat mereka, nescaya Allah tidak mengutus lebih dari seorang rasul untuk suatu umat. Dan jika kata “kalian” disitu difahami sekaligus untuk para rasul serta umat mereka, maka kita telah menta’wilkannya secara melulu. Jadi maksud ayat tersebut, menurut Ibnu Arabi, bukan membenarkan semua jalan menuju Tuhan, atau menyamakan status semua agama. Sebaliknya, terdapat garis demarkasi yang jelas antara hak dan batil, iman dan kufur, tauhid dan syirik, dsb. Kalau tidak, lanjut Ibnu Arabi, nescaya Nabi saw. tidak akan berdakwah mengajak orang masuk Islam, nescaya orang yang pindah agama (yartadid ‘an dinihi) tak disebut kafir (2:217) dan nescaya tidak keluar perintah membunuh orang yang murtad (hadits: “man baddala dinahu fa-qtuluhu”).

Oleh sebab itu, Ibnu Arabi menambah, orang Yahudi atau Nasrani yang masuk Islam tidak dikatakan murtad, kerana ajaran murni agama mereka memang mengharuskan beriman kepada dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw. (Selengkapnya dapat dilihat di Futuhat, bab 495, fi Ma‘rifati hal quthb kana manziluhu “wa man yartadid minkum ‘an dinihi fayamut wa huwa kafir”).

Last Updated ( Friday, 21 May 2010 19:30 )

PDF Print E-mail
Hadith 01 - Setiap Amalan Adalah Dengan Niat
Sabtu, 23 Ogos 2008 20:46 Al-Wafi





Daripada Amirul Mukminin Abu Hafsin 'Umar ibn al-Katthab r.a. beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

Bahawa sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat, dan bahawa sesungguhnya bagi setiap orang apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya menuju kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang hijrahnya kerana dunia yang dia mahu mencari habuannya, atau kerana seorang perempuan yang dia mahu kahwininya, maka hijrahnya ke arah perkara yang ditujuinya itu.

Hadis ini diriwayat oleh dua orang Imam Ahli Hadis; Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Barzirbah al-Bukhari dan Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairie al-Naisaburi dalam kitab sahih mereka berdua yang merupakan antara kitab yang paling sahih (Al-Imam al-Bukhari meriwayatkannya pada bahagian awal kitab sahihnya, juga dalam Kitab Iman dan beberapa tempat lain dalam kitab sahihnya. Al-Imam Muslim meriwayatkannya dalam Kitab al-Imarah Bab : إنما الأعمال بالنية)


SYARAH HADITH OLEH DR. MUSTAFA AL-BUGHA DAN MUHYIDDIN MISTO

Kepentingan Hadith:

Sesungguhnya hadith ini adalah di antara hadith penting yang menjadi paksi kepada putaran Islam. Ia adalah asas kepada Islam. Kebanyakan hokum-hukam Islam bersandarkan kepada hadith ini. Ini jelas dapat dilihat daripada kata-kata para ulama’

Imam Abu Daud berkata: “Sesungguhnya hadith ini iaitu hadith bahawasanya segala amalan itu adalah dengan niat adalah separuh daripada Islam, kerana ad-din itu dua perkara, sama ada ianya perkara zahir iaitu amalan ataupun yang batin iaitu niat”

Sementara Imam Ahmad dan Imam Syafie pula berkata: “ Di dalam hadith ini (iaitu hadith “Bahawasanya segala amalan itu adalah dengan niat”) mengandungi satu pertiga ilmu. Sebabnya ialah kerana usaha seseorang itu adalah sama ada dengan hati, lidah atau anggota tubuh badannya. Maka niat dengan hati adalah salah satu daripada tiga pembahagian tersebut.” Kerana itulah para ulama’ suka memulakan kitab-kitab serta penulisan mereka dengan hadith ini. Imam Bukhari telah meletakkan hadith ini pada awal kitab sahihnya. Imam Nawawi juga telah memulakan ketiga-tiga kitabnya iaitu Riyadhus Sholihin, al-Azkaar dan al-Arba’uuna Hadiithan (Hadith Empat Puluh) dengan hadith ini.

Faedah pembukaan dengan hadith ini ialah sebagai peringatan kepada penuntut ilmu agar mrngikhlaskan niatnya semata-mata kerana Allah Taala di dalam menuntut ilmu dan melakukan amalan kebaikan.

Maksud Kalimah

Al-Khafshu: Singa dan abu khufshin adalah gelaran kepada Saidini Umar bin al-Khattab

Innama: Bahawasanya. Ia adalah huruf hasr yang bertujuan untuk menisbatkan sesuatu yang disebut selepas daripada perkataan ini dan menafikan selainnya.

Binniyat: Jamak (plural) kepada niati. Maknanya dari segi bahasa ialah tujuan. Dari segi istilah pula ialah tujuan yang diserai dengan perbuatan.

Amrii: setiap orang. Iaitu semua insane sama ada lelaki mahupun perempuan.

Hijratuhu: Hijrahnya. Hijrah pada bahasa ialah meninggalkan. Dari segi syara’, hijrah ertinya berpindah dari Negara kafir ke Negara Islam kerana takutkan fitnah. Yang dimaksudkan dengan hijrah di dalam hadith ini ialah perpindahan dari Mekah dan lainnya ke Madinah sebelum berlakunya pembukaan kota Mekah.

Ilallahi: kepada Allah, iaitu ke tempat yang diredhai oleh Allah Taala dengan niat dan tujuan yang diredhaiNYA.

Fahijratuhu ilallahi warasulihi: Maka hijrahnya itu adalah kerana Allah dan RasulNya. Maksudnya, hijrahnya itu diterima dan diberikan ganjaran. Lidunya yushibuha: kerana dunia yang akan diperolehinya. Maksudnya, kerana tujuan keduniaan yang ingin diperolehinya.

Sebab Hadith ini Dilafazkan

Imam at-Thabrani telah meriwayatkan di dalam kitabnya al-Mu’jam al-Kabir dengan rantaian perawinya yang tsiqah, daripada Ibnu Mas’ud Radhiyallahuanhu beliau berkata: “Terdapat di kalangan kami, seorang lelaki yang meminang seorang perempuan yang dikenali dengan nama ummu Qais. Perempuan tersebut enggan mengahwininya kecuali apabila lelaki tersebut berhijrah ke Madinah. Dia pun berhijrah dan mengahwini perempuan tersebut. Maka kami menamakannya sebagai ‘Penghijrah Ummu Qais’.


Kandungan Hadith

1. Syarat Niat

Ulama’ telah bersepakat mengatakan bahawa setiap amalan yang dilakukan oleh mukmin yang mukallaf tidak dikira dari sudut syara’ dan tidak diberi pahala dengan hanya melakukannya kecuali disertai dengan niat. Niat adalah salah satu daripada rukun di dalam ibadat langsung (al-‘ibadatul maqshudah) seperti sembahyang, haji dan puasa. Ibadat-ibadat tersebut dikira tidak sah kecuali apabila dilakukan dengan niat.

Manakala ibadat tidak langsung, iaitu yang hanya menjadi wasilah seperti wudhuk dan mandi, maka ulama’ Mazhab Hanafi berpendapat bahawa niat adalah syarat sempurna sahaja bagi menghasilkan pahala. Manakala ulama’ mazhab Syafi;e dan lain-lain menyatakan bahawa niat juga merupakan syarat sah. Oleh itu, ibadat-ibadat langsung tidak sah kecuali disertai dengan niat.

2. Waktu niat dan tempatnya

Waktu niat ialah permulaan ibadat, seperti takbiratul ihram di dalam ibadat sembahyang dan ihram di dalam ibadat haji. Manakala di dalam ibadat puasa, memadai niat sebelum bermulanya puasa kerana kesukaran untuk memerhati fajar pagi.

Tempat niat ialah di hati, justeru itu tidak disyaratkan berlafaz dengan niat tersebut. Walaupun begitu, disunatkan berlafaz sebagai menolong hati untuk memudahkannya mengingati apa yang ingin diniatkan. Disyaratkan juga pada niat, menentukan perkara yang diniatkan dan membezakannya daripada perkara lain. Oleh itu tidak memadai bagi seseorang itu sekadar meniatkan sembahyang sahaja, bahkan mesti menentukan jenis sembahyang tersebut sama ada zohor atau asar dan seterusnya.

3. Berniat untuk melakukan sesuatu amal soleh

Hadith ini juga menerangkan bahawa sesiapa yang telah berniat untuk melakukan sesuatu amal soleh, tetapi terdapat keuzuran yang kuat seperti sakit, mati atau seumpamanya yang menghalang seseorang daripada melaksanakannya, maka dia diberi pahala berdasarkan niatnya itu.

4. Ikhlas di dalam amalan dan ibadat

Hadith ini juga membimbing kita supaya ikhlas di dalam amalan dan ibadat sehingga kita mendapat ganjaran dan pahala di akhirat, juga mendapat taufik serta kejayaan di dunia.

5. Amalan yang bermanfaat

Setiap amalan yang bermanfaat dan baik akan menjadi ibadat apabila disertai dengan niat dan keikhlasan serta menuntut keredhaan Allah s.w.t.

Membangun Hubungan Dengan Orang Lain


Berbicara tentang komunikasi dan hubungan dengan orang lain, mempengaruhi mereka dan mengambil manfaat atas apa yang ada pada mereka, menuntut kita membicarakan tentang seni membangun hubungan dengan orang lain, metod dan cara yang perbagai serta fleksibiliti dalam berinteraksi dengan mereka. Ataupun boleh disimpulkan sebagai satu seni kehidupan yang wajib, yang tidak boleh tidak dan harus dimiliki setiap manusia jika mahu hidup bahagia. Terlebih lagi dengan seorang da'ie yang menjalankan perniagaan islam dan selalunya secara direct selling, sangat perlu memerhatikan hal ini.

Berikut beberapa kaedah penting yang harus diikuti dalam membina hubungan dengan orang lain.

1. Perbaiki Hubungan Dengan Allah swt.


Perbaiki hubungan denganNya, maka Allah swt akan memperbaiki hubungan kita dengan orang lain, kerana hati kita berada di dalam genggamanNya, Dia yang membolak balikkannya menurut kehendakNya. Dialah yang membuat kita ketawa dan menangis.

"Dan jika mereka bermaksud hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mu'min, dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (8:62,63)

2. Mengkaji Karakter Seseorang

Beberapa kajian psikologi telah membuktikan bahawa setiap orang mempunyai corak, ragam dan karakter tertentu; dan secara umum setiap corak, ragam atau karakter itu bersifat visual (seseorang dalam melihat alam ini dan berinteraksi cenderung melalui gambar) atau boleh berkarakter mendengar (cenderung melalui kata-kata) atau berkarakter merasakan (cenderung melalui perasaan-perasaan dan getaran hati nuraninya.

Oleh sebab itu, mengenali karakter seseorang, kemudian berusaha memasukinya melalui karakter yang ada, menyebabkan keserasian yang cepat.

3. Ambil Tempat Orang Lain

Posisikan diri kita seperti orang lain, kemudian bicara pada mereka sesuatu yang mereka suka, pergauili mereka dengan sikap yang sesuai bagi mereka. Selalunya kita apabila memulakan bicara, lebih enak membicarakan soal sendiri lalu menyebabkan pendengar bosan. Elakkan.

4. Senyum

Senyumlah selalu, lebih-lebih ketika keadaan menekan atau kejadian yang menyedihkan.

5. Ketenangan


Jagalah ketenangan diri dan emosi hati kita ketika terjadi sesuatu yang mmembuat hati menjadi emosi atau marah. Ingatlah wasiat Rasulullah, "Jangan marah, jangan marah, jangan marah".

6. Selalu mempertimbangkan perasaan orang lain, hak-hak dan keperluan mereka

7. Pilih Kata-kata


Pilih perkataan dalam percakapan dengan pernuh hati-hati, lebih-lebih lagi dalam pertemuan pertama. Berseri dan bergembira ketika berbicara dengan orang lain. Jauhi dari mimik dan raut muka kasar, walaupun kata-kata kita lebih lembut dari angin.

8. Jika keadaan tidak memungkinkan kita untuk bercakap soal tertentu, tangguhkan dengan lembut
dan tunda ke waktu lain yang lebih tepat.

9. Hiasi ucapan dan bicara kita dengan kelembutan,
humor atau peribahasa, tetapi jangan berlebihan, serta jangan menipu.

10. Hadiah walaupun kecil, bersegera dalam menolong dan membantu orang lain, walaupun sedikit adalah salah satu faktor dan sarana penting untuk menarik hati dan membangun hubungan antara sesama. Rasulullah bersabda, "Saling memberilah hadiah kalian nescaya kalian akan saling mencintai".

11. Menyebarkan salam
dan membalas ucapan salam dengan lebih baik merupakan kunci hati, maka berusahalah untuk memiliki kunci ini dan janganlah kitaa seperti sebahagian orang yang jika orang lain memberi penghormatan, dia memandang pelik kerana tidak kenal.

12. Tepati janji dan jujur dalam berbicara walaupun kita tidak mampu berbuat seperti apa yang mereka inginkan. Tidak ada sifat anusia yang lebih kita dan lebih jijik dari dusta. Sifat dusta dapat menurunkan darjat dan kehormatan seseorang, di samping dapat menyebabkan orang lain tidak percaya lagi padanya.

13. Dermawan walaupun sedikit dapat menempatkan kita pada posisi tertinggi dan terhormat di hati manusia. Tidak mungkin seseorang yang memperoleh kecintaan dari manusia kalau dia mempunyai sifal bakhil.

14. Sederhana, tidak memberatkan dalam berhubungan dengan orang lain, teratur dan serasi dalam kehidupannya dapat menyebabkan orang lain menghormati kita, bahkan dari musuh sekalipun.

15. Selalu menjaga kebersihan badan, mulut, pakaian, penampilan diri tanpa berlebihan, dan berbau harum merupakan salah satu sarana yang membuat orang lain senang berinteraksi dengan kita.

KEMATIAN HATI


Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang yang bersegera datang ke saf solat kononnya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.

Dari jahil engkau disuruh berilmu dan bukan sekadar untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap disaat rintih istighfar, kecupak air wudhu’ pada dinginnya malam, lapar perut karena berpuasa atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang? Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan orang-orang berhati jernih bersangka baik, bahawa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri. Asshiddiq Abu Bakar Ra. selalu gemetar saat dipuji orang.

"Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka", ucapnya lirih. Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia melupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi.

Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata.

Dimana kau letakkan dirimu? Sewaktu kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut. Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa. Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu dan engkau meni'matinya?

Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan rohani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimanakah kau kuburkan ia ? Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu : 228 000 remaja mengidap putau. Dari 1 500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separuhnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan.

Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh" Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka ketika dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat"? Saat engkau muntah melihat laki-laki (pondan) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan " Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat ?" Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang "Ini tidak islami" berarti engkau yang paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak adakah ALLAH disana?

Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justeru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari berjabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa. Semua gerak harus ditakar dan maka jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki.

Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak tersasar 1 milimeter lagi ? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu. Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa minit sebelumnya ia setubuhinya di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan mudahnya mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?

Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya ber-pose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku, karana kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua" Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama? Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rakan perempuan dalam pergerakan da'wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir ?

Bila demikian itu, koruptor semacam apa engkau ini? Pernahkah kau lihat sepasang ibu dan bapa dengan anak remaja mereka.Tengoklah langkah mereka di pusat membeli-belah. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyaknya membeli produk junk food, semata-mata karena nuansa "westernnya". Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau teguk minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku". Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri. Mahatma Ghandi memimpin perjuangan dengan memakai pakaian tenunan bangsa sendiri atau terompah tempatan yang tak bermerk.

Namun setiap ia menoleh ke kanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur disana. Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengangkat harga diri dan penghormatan ummat dengan , mempaamerkan kereta, rumah mewah, "kedai emas berjalan" dan sekian banyak asesori. Saat fatwa dihebahkan, telinga ummat telah tuli oleh dentuman berita tentang hiruk pikuk pesta dunia yang engkau ikut mabuk disana. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah.

Bila aku bosan aku bisa memanggil penyanyi lain yang merdunya lebih memenuhi kehendakku" sumber; pk-sejahtera.net penterjemah; gelapcerah (maaf kerana beberapa perkataan gagal d terjemah, insyaALLAH maksud asalnya d kekalkan)

31 Tips Dakwah Keluarga


"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;...". (At-Tahriim: 6)

Hidayah itu datangnya adalah dari Allah Subhanahu wa Taala. Boleh jadi, anak mendapat hidayah lebih dahulu berbanding orang tua. Pergaulan dengan kawan-kawan di sekolah mahupun di universiti, mengenalkan sang anak kepada Islam, sehingga pemahaman dan wawasan agamanya melebihi orang tua. Jika tidak pandai mengelola hal ini, berkemungkinan akan timbul pertentangan antara anak dan orang tua.

Ada ikhwah yang ayah dan ibunya sudah dalam kondisi yang islami, tetapi ada pula ikhwah yang orang tuanya masih ammah(awam) dan sama sekali tidak faham tentang agama. Semuanya, tentu harus dikomunikasikan dengan baik, dengan berdialog dari hari ke hari. Seperti halnya kaderisasi(pembinaan) yang harus mengkader(membina) untuk mencetak generasi Rabbani, ada tahapan-tahapan. Ada proses. Perlu waktu.

Posisi kita dalam keluarga, terkadang juga mempengaruhi dawah kita. Bila kita anak sulung, dan memiliki adik-adik, terkadang suara kita lebih didengar. Lantas bagaimana bila kita anak bungsu, dan akhwat pula? Harus berdawah kepada yang lebih tua? Kakak-kakak? Di tengah lingkungan keluarga? Jangan sedih. Kedewasaan tidaklah diukur dari usia, tapi dari cara berfikirnya dan dari cara dia mengatasi masalah. Bukan begitu?

Berikut ini tips-tips yang boleh dilakukan untuk dawah keluarga. Kondisi setiap orang tua berbeza-beza, maka memang memerlukan analisa terlebih dahulu. Namun setidaknya ada point-point asas yang boleh kita terapkan bersama.

31 Tips Dawah Keluarga

1. Membantu orang tua

Bila tak ada pembantu, jangan malas untuk membantu orang tua. Karena ini kesempatan yang baik untuk pendekatan. Boleh dengan membantu mencuci pinggan, menyapu, menyiram, menyetrika, memasak, dan lain-lain.

2. Mendengarkan masalah dan beri penyelesaian yang Islami

Sabtu dan Minggu adalah waktu berkumpul keluarga. Banyak hal yang biasanya dibincangkan. Dan bila orang tua ada masalah, dengarkanlah masalah mereka dan beri penyelesaian yang Islami.

3. Disiplin saat menonton TV

Menonton TV jangan dianggap remeh. Apa jadinya bila aktivi kita ternyata masih suka menonton drama cinta, gossip dan lagu-lagu rock??? Selain tidak boleh dalam agama, pun akan menjadi penilaian tersendiri di mata orang tua. Anakku ini rupanya suka menonton cerita-cerita cinta (?)

4. Bangun pagi

Bangun lewat akan membawa gambaran yang kurang bagus. Apatah lagi aktivi, shalat subuh! ^ _ ^

5. Tersenyum

Selalu berwajah ceria, tidak masam, tentu akan membuat orang yang melihatnya pun menjadi ikut bahgia. Aktivi wajahnya tersenyum selalu. Kalaupun ada kesedihan, cukup sekadar simpan dalam hati.

6. Mendoakan di shalat malam

Meski kita berikhtiar siang dan malam, tetapi hidayah tetap hak Allah. Maka jangan lupa mendoakan mereka di setiap selesai shalat dan di setiap shalat malam kita.

7. Memberi buku Islam yang sesuai

Kalau kita lebih suka membaca Risalah Pergerakan, Perangkat-Perangkat Tarbiyah, tentu orang tua tidak sesuai dengan ini. Maka kita harus menyediakan buku-buku Islam yang sesuai pemahaman mereka. Misalnya untuk ibu, karena sudah ada keluarga, jadi yang lebih dominan dalam pemikirannya adalah tentang keluarga sakinah mawaddah warrahmah. Kita boleh membelikan buku ini. Atau bila kakak kita ternyata sebentar lagi akan menikah, kita boleh mencadangkan buku pernikahan islami, atau tips memilih menantu, misalnya.. ehm ehm

8. Perpustakaan Islam di rumah

Bilik kita penuh buku-buku, wawasan kita menjadi luas. Tetapi keluarga kita tidak. Maka keluarkan buku-buku itu dan letakkan juga di perpustakaan keluarga. Atau bila belum ada perpustakaannya, kita buat sendiri dengan mencari ruangan yang boleh dilihat oleh seluruh ahli keluarga.

9. Hiasi rumah dengan suasana Islami

Simbol-simbol Islam terkadang perlu karena pengkondisian lingkungan adalah sebahagian dari dawah. Kita boleh membeli kaligrafi Islam, atau kabah, dst. Dan mengurangkan adanya patung-patung dan sejenisnya. Tentu hal ini disampaikan secara bertahap kepada keluarga kita.

10. Memainkan tilawah atau nasyid di rumah

Mengenalkan keluarga dengan lagu-lagu yang Islami, sebagai jalan alternatif hiburan. Ar Ruhul Jadid mungkin terdengar enak di telinga kita, tapi bagi orang yang belum faham, belum tentu. Sesekali memutarkan tak mengapa, tapi jangan setiap hari. Cuba putar juga kaset-kaset slow yang disukai oleh orang yang sudah berusia, misalnya nasyid OPICK, Raihan atau Bimbo.

11. Memancing dengan ceramah subuh

Kebiasaan harus ditanamkan. Mulailah dari diri kita dahulu.Selesai shalat subuh, kita menonton ceramah subuh. Orang tua pun pasti menjadi pendengar. Setiap hari, biasakan. Maka Anda akan melihat bahawa orang tua akan menutup TV sendiri, demi menonton ceramah subuh. Dari ceramah subuh yang rutin tersebut, automatik tak ubahnya seperti pengisian harian.

12. Sabar

Sabar dalam berdawah. Jangan pernah kenal henti. Sabar dalam tingkah laku juga. Sabar dengan adik-adik jika ada, tahan kemarahan.

13. Memberi teladan

Makan dengan sederhana, tidak suka ikut ghibah bila orang tua kita berghibah, pakaian sederhana saja dan pastikan bilik tidur sentiasa kemas.

14 Ajak orang tua shalat berjamaah

Shalat berjamaah akan memberi efek yang luar biasa bagi hati. Dalam shalat ini, orang tua menjadi imam, sehingga hubungan orang tua dan anak akan kian menjadi erat karena Allah.

15. Menceritakan aktiviti di universiti

Bila kita ikut program sekolah, cubalah tunjukkan foto-foto, laporan universiti, dan VCD aktiviti universiti. Dengan ini, orang tua tak khawatir apabila ada waktu kita sering di luar rumah.

16. Membawa kawan-kawan bersilaturahim ke rumah

Sesekali, ajak kawan-kawan ke rumah untuk bersilaturahim dengan keluarga kita. Orang tua akan lebih tenang hatinya bila mengetahui bahwa anaknya bergaul dengan kawan-kawan yang baik akhlaknya.

17. Menjadi sumber ilmu

Wawasan kita juga harus luas. Misalnya ketika tengah ada masalah keluarga, tentang warisan misalnya. Nah, kita bisa memberikan penyelesaian tentang hukum waris dalam Islam. Pun hukum-hukum lainnya, seperti pernikahan, zakat, dan lain-lain.

18. Persiapan menikah

Menikah bagi ikhwah tentu ada adab-adabnya. Maka jauh-jauh hari kita harus rajin membincangkan pernikahan Islami ini agar orang tua tidak terkejut. Boleh dengan cara menceritakan walimah Islami yang kita kunjungi atau bahkan mengajak mereka ke walimahan yang Islami. Pun kenalkanla apa itu ikhwan, akhwat.

19. Memperbanyak tilawah di rumah

Rumah yang banyak dibaca tilawah di dalamnya, niscaya akan membawa ketenangan dan keberkahan di dalam rumah.

20. Ramai sedikit tak mengapa

Apa maksudnya? Iya, misalnya ada isu-isu tentang teroris, perjuangan Palestin, dan lain-lain. Kita jadikan tema ini menjadi bahan pembicaraan dan jelaskan dari sudut pandang Islam. Karena tak jarang, keluarga kita juga termakan ghazwul fikri ini.

21. Membeli majalah Islam

Media yang ada di rumah, boleh kita meriahkan dengan majalah-majalah Islam. Ada majalah MAJALAHi, AL-ISLAM,SOLEHA,ANAMUSLIM, dll.

22. Kenalkan dengan yang sebaya

Orang tua juga memerlukan komuniti yang sebaya dengannya. Tidak beza jauh dengan kita saat di universiti, yang kita lebih selesa bila berbual dengan teman sebaya. Maka kita cari tetangga ataupun keluarga yang faham Islam dan kenalkan dengan orang tua. Kita gabungkan dengan mereka dalam dawah. Kakak dan adik kita pun demikian, kenalkan mereka dengan ikhwah di lingkungan mereka. Titip menitip tarbiyah antara ikhwah wa akhwat, sudah menjadi hal yang lumrah.

23. Lemah Lembut

Berdawah harus dengan lemah lembut. Karena boleh jadi hidayah itu tidak langsung turun, tetapi memerlukan proses.

24. Berdikari, dewasa, dan tidak bermasalah.

Kedewasaan bukanlah diukur dari usia. Karena sampai bilapun kita masih boleh bermanja-manja dengan orang tua. Yang terpenting, jangan sampai kita menjadi anak yang bermasalah.

25. Musholla(tempat solat) di rumah

Bila di rumah belum ada musholla, padahal ada ruang yang kosong, maka kita ajukan cadangan untuk membangun musholla di rumah.

26. Mengajak ikut Al Quran di dalam telefon

Orang tua sibuk bekerja? Kakak sibuk kuliah? Ajaklah untuk bergabung dengan software Al Quran dalam telefon bimbit sehingga dawah itu dapat tersampaikan dimana saja dan tanpa ada had masa.

27. Kirim artikel Islam melalui email

Selain itu, ada pula email-email Islam yang boleh kita kirimkan kepada orang tua, adik, dan kakak kita.

28. Alat-alat elektronik yang Islami

Komputer dan HP(telefon bimbit), boleh kita memasukkan hal yang berkaitan Islam, nasyid, properties Islam, dll.

29. Minta pendapatnya

Meminta pendapat orang tua adalah bentuk wujud hormat kita kepada mereka. Karena dengan demikian, orang tua akan merasa dihargai kedudukannya.

30. Cari pasangan yang boleh berdawah pula

Selama ini kita berdawah sendiri. Nah, bila akan dan sudah menikah, carilah pasangan yang sekiranya dapat diajak berdawah pula dengan keluarga kita. Maka dawah bisa menjadi kuat, dua kali lipat!

31. Mampu mencari nafkah

Untuk ikhwan, setelah habis SPM ada baiknya berpenghasilan(bekerja) meskipun sedikit. Untuk akhwat, bila belum berpenghasilan, jangan banyak meminta ini itu kepada orang tua. Meski orang tua kita mampu, bukankah kesederhanaan juga bagian dari perintah agama?

Jika semua tips di atas sudah kita lakukan, maka bersabarlah karena hidayah itu datangnya dari Allah Subhanahu wa Taala dan ingat, Dia menilai proses, bukan hasil. Selamat berjuang ikhwah fillah.

Bermain Dengan Anak Usia 10 - 12 Bulan

@Rika_sukmana :
Ini aku ada artikel tentang bermain dengan anak usia 10-12 bulan. Permainan yang sederhana dan mudah dilakukan.

10 - 12 bulan

Meski belum bisa berjalan, si kecil semakin percaya diri untuk mengeksploitasi keterampilannya. Berdiri, memanjat, dan meregangkan badanya adalah gerakan-gerakan yang menakjubkan untuk dirinya. Jangan heran, jika ia senang mencoba berbagai mainan baru menantang kemampuannya.

1. Tendang bola
Memang ia belum bisa berjalan, tapi anda bisa saja membantunya menendang bola dengan mengangkat badannya sehingga kakinya menggantung untuk siap-siap menendang bola. Ajak ia menendangkan kakinya pada bola lembut berbahan kain. Lebih seru jika si kakak ikut bermain. Atau dengan ibu,ayah, atau tante dan omnya. Seru!!

2. Kosongkan, Tuangkan
Ia sedang senang-senangnya mengatur dan memberantakan benda, mengisi dan mengosongkan. Ambil 2 mangkuk, isi salah satu dengan sereal atau biskuit mungil. Ajarkan ia menuang sereal atau biskuit ke mangkuk yang masih kossong. IA akan senang melakukannya berkali-kali. Jangan lupa, awasi si kecil selama bermain agar apabila anda memakai benda selain makanan,benda yang jadi obyek permainannya tak tertelan.

3. Puk, Puk, Puk… Tepuk Tangan
Dudukan si kecil menghadap anda. Nyanyikan lagu anak-anak macam “Twinkel, Twinkel, Little Star” sambil memegang kedua tangan bayi. Setelah selasai setiap baris lagu, ajak si kecil bertepuk tangan.

4. Kecipak Air
Karena ia sudah bisa duduk di bak mandi, bermain saat mandi adalah kegiatan paling menyenangkan di antara aktivitas lain sepanjang hari itu. Letakkan berbagai mainan dan benda dalam bak mandi (bisa gunakan gelas plastik atau botol bekas yogurt) untuk mengisi dan menuang air. Ciptakan pancuran mini dengan melubangi tutup botol ukuran agak besar, isi dengan air lalu kucurkan ke badannya agar ia menikmati sensasi air mengucur. Ajarkan cara menghentikan kucuran dengan menutupkan telapak tangan pada lubang botol. Jangan lupa, jangan pernah meninggalkan ia sendirian di bak mandi, dan jangan terlalu lama di dalam air, cukup 15 menit.

5. Ambil Mainanmu
Tunjukkan mainan kesayangannya,lalu letakkan di atas sofa atau anda memegang mainan itu. Semangati si kecil agar bergerak menghampiri anda untuk mengambil mainannya. Jangan lupa beri pujian saat ia berhasil melakukannya, dan pastikan perjalanannya ke arah maina cukup aman.

6. Pitch Kontrol
Musik dan gerakan membantu mengembangkan sel saraf bayi anda. Dudukan si kecil di hadapan anda. Ajak ia menyanyikan lagu-lagu anak yang dikenalnya. Lagukan dalam beragam suara, misalnya dengan mendesah, berbisik, nada tinggi, atau nada rendah. Si kecil aka tertarik dan berusaha menirukan anda bernyanyi.

7. Hupla
Sediakan beberapa bola plastik ukuran kecil,ajarkan ia memasukkan bola-bola itu ke dalam suatu wadah yang lebih besar terbuat dari logam (atau bisa gunakan baskom plastik). Si kecil akan terkejut mendengar bunyi yang dihasilkan saat bola menyentuh wadah dan bola yang lain.

sumber : ayahbunda
@Rika_sukmana :
Ini aku ada artikel tentang bermain dengan anak usia 10-12 bulan. Permainan yang sederhana dan mudah dilakukan.

10 - 12 bulan

Meski belum bisa berjalan, si kecil semakin percaya diri untuk mengeksploitasi keterampilannya. Berdiri, memanjat, dan meregangkan badanya adalah gerakan-gerakan yang menakjubkan untuk dirinya. Jangan heran, jika ia senang mencoba berbagai mainan baru menantang kemampuannya.

1. Tendang bola
Memang ia belum bisa berjalan, tapi anda bisa saja membantunya menendang bola dengan mengangkat badannya sehingga kakinya menggantung untuk siap-siap menendang bola. Ajak ia menendangkan kakinya pada bola lembut berbahan kain. Lebih seru jika si kakak ikut bermain. Atau dengan ibu,ayah, atau tante dan omnya. Seru!!

2. Kosongkan, Tuangkan
Ia sedang senang-senangnya mengatur dan memberantakan benda, mengisi dan mengosongkan. Ambil 2 mangkuk, isi salah satu dengan sereal atau biskuit mungil. Ajarkan ia menuang sereal atau biskuit ke mangkuk yang masih kossong. IA akan senang melakukannya berkali-kali. Jangan lupa, awasi si kecil selama bermain agar apabila anda memakai benda selain makanan,benda yang jadi obyek permainannya tak tertelan.

3. Puk, Puk, Puk… Tepuk Tangan
Dudukan si kecil menghadap anda. Nyanyikan lagu anak-anak macam “Twinkel, Twinkel, Little Star” sambil memegang kedua tangan bayi. Setelah selasai setiap baris lagu, ajak si kecil bertepuk tangan.

4. Kecipak Air
Karena ia sudah bisa duduk di bak mandi, bermain saat mandi adalah kegiatan paling menyenangkan di antara aktivitas lain sepanjang hari itu. Letakkan berbagai mainan dan benda dalam bak mandi (bisa gunakan gelas plastik atau botol bekas yogurt) untuk mengisi dan menuang air. Ciptakan pancuran mini dengan melubangi tutup botol ukuran agak besar, isi dengan air lalu kucurkan ke badannya agar ia menikmati sensasi air mengucur. Ajarkan cara menghentikan kucuran dengan menutupkan telapak tangan pada lubang botol. Jangan lupa, jangan pernah meninggalkan ia sendirian di bak mandi, dan jangan terlalu lama di dalam air, cukup 15 menit.

5. Ambil Mainanmu
Tunjukkan mainan kesayangannya,lalu letakkan di atas sofa atau anda memegang mainan itu. Semangati si kecil agar bergerak menghampiri anda untuk mengambil mainannya. Jangan lupa beri pujian saat ia berhasil melakukannya, dan pastikan perjalanannya ke arah maina cukup aman.

6. Pitch Kontrol
Musik dan gerakan membantu mengembangkan sel saraf bayi anda. Dudukan si kecil di hadapan anda. Ajak ia menyanyikan lagu-lagu anak yang dikenalnya. Lagukan dalam beragam suara, misalnya dengan mendesah, berbisik, nada tinggi, atau nada rendah. Si kecil aka tertarik dan berusaha menirukan anda bernyanyi.

7. Hupla
Sediakan beberapa bola plastik ukuran kecil,ajarkan ia memasukkan bola-bola itu ke dalam suatu wadah yang lebih besar terbuat dari logam (atau bisa gunakan baskom plastik). Si kecil akan terkejut mendengar bunyi yang dihasilkan saat bola menyentuh wadah dan bola yang lain.

sumber : ayahbunda

Hikmah Air Mata

Written by Hasan bin Muhammad Ba’Mu’aibid
Wednesday, 10 February 2010 10:03

Mengapa Perempuan lebih banyak menangis daripada lelaki?

Kajian ilmiah menetapkan bahawa perempuan lebih banyak menangis empat kali ganda berbanding lelaki. Ini kerana mereka memiliki kelenjar-kelenjar air mata yang bentuknya lebih besar daripada kelenjar-kelenjar air mata lelaki.

Para ilmuwan Amerika sampai pada kesimpulan bahawa menangis sangat berguna untuk kesihatan. Air mata yang asli, baik itu air mata bahagia atau air mata kesedihan dapat membantu mengembalikan keseimbangan kimia tubuh.

Perempuan lebih banyak menangis kerana mereka sering hanyut dalam tangisan. Mereka mengeluarkan tangisan dengan diiringi suara yang dapat didengar sebanyak 64 kali dalam setahun. Sedangkan lelaki hanya mampu menangis 17 kali dalam setahun.

Para ilmuwan berpendapat “ Jenis air mata yang mengalir akibat tekanan perasaan (emosi) dari segi bentuk dan fungsinya adalah berbeza-beza. Air mata jenis ini merupakan reaksi kimia yang muncul sebagai tindak balas atas gejala-gejala emosi yang bercampur dengan perasaan. Dengan demikian, ia lebih penting daripada protein.”

Menangis dapat meringankan kadar tekanan kejiwaan. Ini sangat berguna untuk kesihatan lebih-lebih lagi kita kerap mendengar pelbagai jebnis penyakit yang disebut sebagai penyakit tekanan jiwa.

Menangis faktor penyebab panjangnya usia kaum hawa

Para ilmuwan menegaskan bahawa menangis dapat menyebabkan panjangnya usia kaum hawa. Menurut mereka, air mata mengandungi peratusan racun yang dikeluarkan dari tubuh melalui tangisan. Perkara ini mengakibatkan tubuh akan bebas dari racun. Para ilmuwan dalam bidang kedoktoran jiwa menegaskan bahawa menangis dapat menyelamatkan perempuan masa kini dari ketegangan urat saraf yang ia alami akibat banyaknya permasalahan yang harus dihadapi ketika menjalani rutin kehidupan.

Para doktor pakar mata juga berpendapat bahawa air mata berfungsi membasuh mata dan mengosongkannya daripada kandungan racun yang muncul akibat tegangnya urat saraf perasaan dan emosi yang selalu datang silih berganti

Hormon berbicara yang dimiliki oleh kaum hawa

Perempuan memiliki hormon yang dipanggil oksinosin. Para ilmuwan menamakannya sebagai hormon pengendalian watak. Hormon ini dianggap sebagai faktor terpenting di sebalik fenomena bersembangnya kaum perempuan dengan teman-teman ataupun keluarga mereka untuk menghilangkan stress dan bukan cara menyembunyikan diri atau melampiaskannya dengan tindakan yang zalim seperti yang dilakukan oleh lelaki.Ini akan berhujung pada satu kesimpulan bahawa kaum hawa lebih sedikit menjadi Koran akibat kekacauan saraf atau lebih sedikit terjerumus ke dalam jurang kewujudan ubat daripada lelaki

Air mata yang termahal siapa yang punya?

  1. Ibu
  2. Ayah
  3. Remaja
  4. Orang yang dizalim

Rujukan: Dipetik dari buku hikmah terapi air mata menangis kerana Allah Karya Hasan bin Muhammad Ba’Mu’aibid diterjemahkan oleh Mohd Basri bin Yusof

Muslimah Dan Riadah

Written by mukminah mujahidah
Thursday, 11 February 2010 10:02

“Aik korang mandi sungai pakai tudung labuh?Macam mana nak mandi?”

Begitulah kata-kata seorang teman sebilik sahabat saya apabila dia melihat gambar kami ketika beriadah di Gua Kelam,Perlis hampir dua tahun yang lepas.Merupakan satu kesilapan masyarakat sekarang apabila menganggap muslimah yang berpakaian menutup aurat tidak mampu untuk beriadah atau melakukan aktiviti rekreasi.Sedangkan Islam tidak pernah menghalang umatnya melakukan apa-apa pun selagi tidak becanggah dengan syariat agama.

Alasan panas,susah bergerak dan tiada pilihan boleh dikatakan alasan lapuk yang dicanang oleh musuh Islam untuk diserapkan ke dalam minda remaja Islam khususnya supaya menggalakkan remaja Islam khususnya muslimah untuk tidak menutup aurat ketika beriadah.

Bagi yang menyedari tuntutan untuk menutup aurat adalah wajib bagi semua umat Islam,perasaan panas,rimas dan tidak selesa seharusnya dipinggirkan jauh-jauh daripada diri.Islam amat menggalakkan umatnya beriadah untuk merebut kelebihan yang ada daripadanya.Selain dapat mencergaskan jasad,riadah juga mampu untuk mengeratkan silaturrahim antara muslimah.Di samping itu,kita disaran untuk mentadabur alam sepanjang proses riadah berjalan.Sesungguhnya Allah SWT berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 190 hingga 191 yang bermaksud, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah

Pakaian yang menutup aurat tidak akan menghalang muslimah untuk beriadah dan bergerak bebas.Kini,banyak stokis-stokis yang menjual T-shirt labuh hingga ke lutut yang pastinya amat praktikal untuk beriadah.Selain itu,tudung yang dipakai tidak semestinya tudung bulat yang labuh,para muslimah juga boleh memakai tudung segi empat yang berbidang 60 dimana ia juga banyak dijual di pasaran.Tudung yang dipakai mestilah labuh menutup dada dan tidaklah kecil,jarang dan nipis kerana tudung yang kecil akan terangkat menampakkan susuk tubuh si pemakai apabila ia ditiup angin atau melakukan pergerakan yang lasak.Selain itu,tudung yang jarang dan nipis pula mempunyai mudharat yang sama,dimana aurat yang cuba ditutup masih dapat dilihat dengan mata kasar.

Tujuan disarankan baju yang labuh hingga ke lutut kerana ia mampu untuk menutup bahagian punggung dan peha muslimah apabila bergerak dan menghalang bangkitnya syahwat dikalangan hati-hati yang ada penyakit didalamnya oleh golongan lelaki.Selain itu,sarung kaki yang panjang dan tidak jarang serta kasut yang sesuai untuk beriadah juga perlu dalam memastikan keselesaan sepanjang riadah.

Islam itu syumul (sempurna),setiap saranan daripada Allah pasti sesuai dipakai oleh setiap golongan dan setiap masa.Syariat yang ditetapkan lengkap,tiada cacat dan celanya.

Baju yang menutup aurat juga tidak mencukupi.Para muslimah perlulah menjaga akhlak sepanjang riadah.Selain itu tempat riadah yang agak tersorok daripada pandangan orang ramai,terutamanya lelaki amat penting bagi mengelak segala aktiviti riadah menjadi tontonan.Disamping itu,pandangan mata juga harus dijaga sepanjang proses riadah berjalan.

Para muslimah yang disayangi,menjalankan perintah Allah kadang-kadang terasa berat tetapi ingatlah balasan yang Allah nak bagi sesuai juga dengan keperitan kita menghadapi cemuhan masyarakat.Ketepikan semua pandangan manusia.Biarlah hina dipandangan mereka asal tidak hina dipandangan Allah.

JOM RIADAH!!

Muslimah Cergas Ummah Terbilang

Dipetik dari http://mukminahmujahidah.wordpress.com

Manfaatkan waktu luangmu wahai Saudariku…

Written by embun tarbiyah
Thursday, 11 February 2010 10:51

Bagi akhwat yang masih bujang, mungkin banyak di antara mereka yang sudah merindukan untuk melengkapkan separuh daripada agama, tapi Allah masih belum mendatangkan jodoh baginya. Insya Allah hampir semuanya mengharapkan pasangan yang baik agamanya. Di antaranya ada yang menanti dengan sabar meskipun usia sudah meningkat. Ada yang tidak sabar menanti sehingga akhirnya terima sahaja sesiapa yang datang melamar dan tidak menjadikan faktor agama menjadi pertimbangan utamanya. Ada yang menunggu sahaja, “ kalau sudah jodoh, mesti ada punya. Tidak perlu susah payah nak cari”. Ada pula yang hanya sekadar ingin, tapi tidak mempersiapkan diri menuju ke alam rumah tangga. Tapi ada pula yang meskipun sudah bersedia dari segi usia, sudah punya maisyah tetapi belum punya keinginan menuju ke alam rumah tangga.

Termasuk yang mana dirimu ukhti?

Jadi walaubagaimanapun kondisimu ukhti, jangan sia-siakan waktumu dalam masa penantian itu. Jangan sia-siakan dengan angan-angan indah (karena belum tentu indah) karena hal itu boleh membawamu kepada zina hati. Jangan pula terlalu bersedih karena belum dapat jodoh juga. Ingatlah janji Allah dalam surah

wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (An Nuur:26)

Jika kita ingin mendapatkan pasangan yang sholeh maka jadikan diri kita sholeh juga. Masih ada waktu bukan? Jangan sia-siakan pula waktu, fikiran dan tenagamu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat apatah lagi maksiat. Kurangkan hal-hal yang mubah seperti menonton TV, jalan-jalan, shopping dan lain-lain yang berlebihan.

Jadi, apa yang diharuskan olehmu wahai saudariku…

Banyak perkara yang boleh kita lakukan. Kembangkanlah ilmu dan potensi yang kita miliki, contohnya dengan menyelesaikan pengajian (bagi yang belum lulus) atau melanjutkan pelajaran lagi, ataupun mengikuti kursus-kursus kemahiran. Dalam hal pekerjaan kita boleh mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang atau minat kita tapi perlu mempertimbangkan beberapa perkara juga, seperti keselamatan diri kita sebagai akhwat bekerja disana? Syukur kalau kita boleh bekerja sekaligus berdakwah dan mengembangkan ilmu kita disana, sekali dayung beberapa pulau terlampaui. OK?

Terus cuba kita memikirkan tentang masalah-masalah ummat? Jangan terus sibuk kuliah atau kerja sehingga tidak memikirkan tentang masalah ummat. Ingatlah sabda Rasulullah, “barangsiapa ketika bangun tidak memikirkan umatku maka dia tidak termasuk dalam umatku”.

Permasalahan umat sangat banyak kalau kita mahu perkatakan dan perlihatkan di sekitar kita.Tidak hanya mencermati saja, tapi yang penting cari solusi. Cuba kita tanya diri kita, kalau kita menyatakan bangga terhadap Islam, apa yang sudah kita perbuat untuk Islam? Kalau kita sudah berkomitmen terhadap dakwah, sudah maksimalkah yang kita lakukan selama ini?

Ada banyak orang di sekitar kita yang belum berIslam dengan benar, ada banyak yang ingin belajar Islam, ada banyak yang minta dibina, tetapi terkadang kita justeru ‘membinasakan’nya dengan membiarkan mereka. Terus apalagi yang boleh kita lakukan? Siapkan bekal sebanyak-banyaknya mulai sekarang untuk membangun rumah tangga yang Islami dan membangun masyarakat yang Islami pula.

Mulai persiapan spiritual, persiapan konsepsional, persiapan fizik, persiapan material dan persiapan sosial. Banyak sekali yang boleh dan bahkan ada yang harus kita lakukan. Menurut Ust. Hasan Al Banna, “Sesungguhnya beban yang kita miliki lebih banyak dari waktu yang tersedia”. Banyak yang boleh kita lakukan, jangan ditunda-tunda, selagi kita masih punya banyak waktu luang. Selagi belum disibukkan oleh urusan rumah tangga, mengurus suami dan anak, dan sebagainya. Seorang ibu bercerita, masa-masa gadisnya dulu adalah masa-masa keemasan dimana dia punya banyak waktu untuk beramal, mengembangkan diri dan berkontribusi untuk ummat dan dakwah. Tapi bukan bererti terus ketika sudah berkeluarga dia tidak lagi boleh berdakwah dan bergiat aktif, justeru bertambah kontribusinya karena ada yang mendukung.dan membantu. Asalkan bisa mengurus waktu dengan baik dan mempertimbangkan fiqih prioritas, Insya Allah boleh diseimbangkan.

http://embuntarbiyah.wordpress.com

Wanita yang Dilaknat Dan Wanita yang Dipuji Allah

Written by kafemuslimah
Saturday, 20 February 2010 04:29

wanitasolehaheu5

Wanita Yang Beriman

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Seutama-utama wanita ahli syurga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzahim.” (HR. Ahmad)

1. Khadijah binti Khuwailid

Dia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang terhormat sehingga mendapat tempaan akhlak yang mulia, sifat yang tegas, penalaran yang tinggi, dan mampu menghindari hal-hal yang tidak terpuji sehingga kaumnya pada masa jahiliyah menyebutnya dengan ath thahirah (wanita yang suci).

Dia merupakan orang pertama yang menyambut seruan iman yang dibawa Muhammad tanpa banyak membantah dan berdebat, bahkan ia tetap membenarkan, menghibur, dan membela Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di saat semua orang mendustakan dan mengejek beliau. Khadijah telah mengorbankan seluruh hidupnya, jiwa dan hartanya untuk kepentingan dakwah di jalan Allah. Ia rela melepaskan kedudukannya yang terhormat di kalangan bangsanya dan ikut merasakan embargo yang dikenakan pada keluarganya.

Peribadinya yang tenang membuatnya tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan mengikuti kebanyakan pendapat penduduk negerinya yang menganggap Muhammad sebagai orang yang telah merosak tatanan dan tradisi luhur bangsanya. Kerana keteguhan hati dan keistiqomahannya dalam beriman inilah Allah berkenan menitip salamNya lewat Jibril untuk Khadijah dan menyiapkan sebuah rumah baginya di syurga.

Tersebut dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, ia berkata:
Jibril datang kepada Nabi kemudian berkata: Wahai Rasulullah, ini Khadijah datang membawa bejana berisi lauk pauk, makanan dan minuman. Maka jika ia telah tiba, sampaikan salam untuknya dari Rabbnya dan dari aku, dan sampaikan kabar gembira untuknya dengan sebuah rumah dari mutiara di syurga, tidak ada keributan di dalamnya dan tidak pula ada kepayahan.” (HR. Al-Bukhari).

Besarnya keimanan Khadijah pada risalah nubuwah, dan kemuliaan akhlaknya sangat membekas di hati Rasulullah sehingga beliau selalu menyebut-nyebut kebaikannya walaupun Khadijah telah wafat. Diriwayatkan dari Aisyah, beliau berkata: “Rasulullah hampir tidak pernah keluar dari rumah sehingga beliau menyebut-nyebut kebaikan tentang Khadijah dan memuji-mujinya setiap hari sehingga aku menjadi cemburu maka aku berkata: Bukankah ia seorang wanita tua yang Allah telah meng-gantikannya dengan yang lebih baik untuk engkau? Maka beliau marah sampai berkerut dahinya kemudian bersabda: Tidak! Demi Allah, Allah tidak memberiku ganti yang lebih baik darinya. Sungguh ia telah beriman di saat manusia mendustakanku, dan menolongku dengan harta di saat manusia menjauhiku, dan dengannya Allah mengaruniakan anak padaku dan tidak dengan wanita (istri) yang lain. Aisyah berkata: Maka aku berjanji untuk tidak menjelek-jelekkanny a selama-lamanya.”

2. Fatimah

Dia adalah belahan jiwa Rasulullah, putri wanita terpandang dan mantap agamanya, istri dari laki-laki ahli syurga yaitu Ali bin Abi Thalib.
Dalam shahih Muslim menurut syarah An Nawawi Nabi bersabda: “Fathimah merupakan belahan diriku. Siapa yang menyakitinya, berarti menyakitiku.”

Dia rela hidup dalam kefakiran untuk mengecap manisnya iman bersama ayah dan suami tercinta. Dia korbankan segala apa yang dia miliki demi membantu menegakkan agama suami.

Fathimah adalah wanita yang penyabar, taat beragama, baik perangainya, cepat puas dan suka bersyukur.

3. Maryam binti Imran

Beliau merupakan figur wanita yang menjaga kehormatan dirinya dan taat beribadah kepada Rabbnya. Beliau rela mengorbankan masa remajanya untuk bermunajat mendekatkan diri pada Allah, sehingga Dia memberinya hadiah istimewa berupa kelahiran seorang Nabi dari rahimnya tanpa bapak.

4. Asiyah binti Muzahim

Beliau adalah istri dari seorang penguasa yang lalim yaitu Fir’aun laknatullah ‘alaih. Akibat dari keimanan Asiyah kepada kerasulan Musa, ia harus rela menerima siksaan pedih dari suaminya. Betapapun besar kecintaan dan kepatuhannya pada suami ternyata di hatinya masih tersedia tempat tertinggi yang ia isi dengan cinta pada Allah dan RasulNya. syurga menjadi tujuan akhirnya sehingga kesulitan dan kepedihan yang ia rasakan di dunia sebagai akibat meninggalkan kemewahan hidup, budaya dan tradisi leluhur yang menyelisihi syariat Allah ia telan begitu saja bak pil kina demi kesenangan abadi. Akhirnya Asiyah meninggal dalam keadaan tersenyum dalam siksaan pengikut Fir’aun.

Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu alaihi wasalam berkata:
“Fir’aun memukulkan kedua tangan dan kakinya (Asiyah) dalam keadaan terikat. Maka ketika mereka (Fir’aun dan pengikutnya) meninggalkan Asiyah, malaikat menaunginya lalu ia berkata: Ya Rabb bangunkan sebuah rumah bagiku di sisimu dalam syurga. Maka Allah perlihatkan rumah yang telah disediakan untuknya di syurga sebelum meninggal.”

Wanita yang durhaka

1. Istri Nabi Nuh
2. Istri Nabi Luth

Mereka merupakan figur dua orang istri dari para kekasih Allah yang tidak sempat merasakan manisnya iman. Hatinya lebih condong kepada apa yang diikuti oleh orang banyak daripada kebenaran yang dibawa oleh suaminya. Mereka justru membela kepentingan kaumnya karena tidak ingin dimusuhi dan dibenci oleh orang-orang yang selama ini mencintai dan menghormati dirinya. Maka kesenangan sesaat ini Allah gantikan dengan kebinasaan yang didapat bersama kaumnya. Istri Nabi Nuh ikut tenggelam oleh banjir besar bersama kaumnya yang menyekutukan Allah dengan menyembah patung-patung orang shalih, sedangkan istri Nabi Luth ditelan bumi karena adzab Allah atas kaumnya yang melakukan liwath (homoseksual) .

Semua cerita ini telah Allah rangkum dalam sebuah firmanNya yang indah dalam surat At-Tahrim ayat 10-12, yang artinya: “Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shalih di antara hamba-hamba Kami, lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah: dan dikatakan (kepada keduanya) : Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka). Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisimu dalam syurga. Dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang dhalim. Dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehor-matannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitabnya dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.”

Semoga kisah para wanita ini bisa menjadi pelajaran bagi para wanita zaman ini untuk berkaca diri, kira-kira saya termasuk golongan yang mana? Apakah golongan yang dicintai Allah atau yang dimurkaiNya?

Bagi wanita yang belum berumah tangga, saat ini merupakan kesempatan besar baginya untuk memperbanyak amalan shalih dan mendekatkan diri pada Allah, bukannya justru menghabiskan masa mudanya dengan hura-hura dan kegiatan lain yang tidak bermanfaat. Dan bagi mereka yang sudah berumah tangga, selain menjaga keistiqomahannya dalam berIslam dia juga diberi beban tambahan oleh Allah untuk membantu suami menjalankan agamanya. Istri yang demikian meru-pakan harta yang paling berharga.

Dari kisah mereka, kita juga bisa mengambil pelajaran bahwa dalam keadaan bagaimanapun, hendaknya ketundukan kepada syariat Allah dan RasulNya harus tetap di atas segala-galanya. Asalkan berada di atas kebenaran, kita tidak perlu takut dibenci oleh masyrakat, sahabat, maupun orang yang paling istimewa di hati kita. Justru kewajiban kita adalah menunjukkan yang benar kepada mereka. Dengan begitu kita akan mendapatkan cinta sejati .. cinta Allah Rabbul ‘alamin.

Mudah-mudahan kita selalu diberi keistiqomahan untuk menapaki dan mengamalkan syariat yang haq (benar) walaupun kita seorang diri. Amin.

http://www.kafemuslimah.com/